Memiliki keluarga yang sakinah menjadi idaman setiap orang. Kenyataan menunjukan banyak orang yang merindukan rumah tangga menjadi sesuatu yang teramat indah, bahagia, penuh dengan berkah. Kenyataan pun membuktikan tidak sedikit keluarga yang hari demi harinya hanyalah perpindahan dari kecemasan kegelisahan, dan penderitaan. Bahkan tidak jarang diakhiri dengan kenistaan, percerian, dan juga derita.
Mengapa ini bisa terjadi? Ternyata merindukan keluarga yang sakinah mawaddah warahmah itu tidak asal jadi, yang hanya berbekal cinta dan harapan, tapi butuh kesungguhan. Mengerahkan segala kemampuan untuk mewujudkannya. Butuh kerja keras dan kemauan yang kuat untuk mewujudkannya.
Ada beberapa indikasi yang bisa menghantarkan keluarga menjadi keluarga yang bahagia. Pertama, dengan menjadikan keluarga yang ahli sujud , keluarga yang ahli taat, keluarga yang menghiasi dirinya dengan dzikrullah, dan keluarga yang selalu rindu untuk mengutuhkan kemuliaan hidup di dunia, terutama mengutuhkan kemuliaan di hadapan Allah SWT kelak di surga. Jadikan berkumpulnya anggota keluarga di surga sebagai motivasi dalam meningkatkan amal ibadah.
Kedua, menjadikan rumah sebagai pusat ilmu. Pupuk iman adalah ilmu. Memiliki harta tetapi kurang ilmu akan menjadikan kita diperbudaknya. Harta dinafkahkan akan habis, ilmu dinafkahkan akan melimpah. Pastikan agar keluarga kita sungguh-sungguh untuk mencari ilmu. Baik ilmu tentang hidup di dunia maupun ilmu akhirat. Bekali anak-anak sedari kecil dengan ilmu dan jadilah orang tua yang senantiasa menjadi sumber ilmu bagi anak-anaknya.
Ketiga, jadikan rumah sebagai pusat nasihat. Kita harus tahu persis, semakin hari semakin banyak yang harus kita lakukan. Untuk itu kita butuh orang lain agar bisa melengkapi kekurangan guna memperbaiki kesalahan kita. Keluarga yang bahagia itu keluarga yang dengan sadar menjadikan kekayaanya saling menasehati, saling memperbaiki, serta saling mengkoreksi dalam kebenaran dan kesabaran. Setiap koreksian bahkan pujian yang diberikan oleh keluarga pada kita patut kita syukuri. Kenapa? Karena mereka adalah bagian terdekat kita, paling tahu keseharian kita seperti apa. Sehingga kritikan, koreksian, nasihat yang diberikan, dan bahkan pujian adalah lebih dekat pada keadaan diri kita yang sebenarnya.
Banyak orang yang terpedaya oleh pujian dari orang lain. Jika mendapat sanjungan dari guru sebagai murid teladan, itu penilaian semu, guru tidak tahu keadaan kita. Kalau kita mendapat penghargaan dari pemimpin, pemimpin tahu apa? Dia tidak tahu keseharian kita. Dengan demikian , kalau ingin mengukur penghargaan yang sebenarnya, lihat dari tanggapan orang yang paling dekat dengan kita. Kalau seorang suami bisa memuji atau seorang istri memuji suami, begitupun dengan seorang anak memuji orang tuanya, itu patut kita syukuri. Karena itu dekat dan tahu keseharian kita. Apabila sebuah keluarga mulai saling menasehati, maka keluarga bagaikan cermin yang akan membuat anggota keluarganya berpenampilan lebih baik, dan lebih baik lagi. Karena tidak pernah ada koreksi yang paling aman selain koreksi dari keluarga.
Keempat, jadikan rumah sebagai pusat kemuliaan. Pastikan keluarga kita sebagai contoh bagi keluarga yang lain. Berbahagialah jika keluarga kita dijadikan contoh teladan bagi keluarga yang lain. Itu berarti, masing-masing anggota keluarga senantiasa menuai pahala dari setiap orang yang berubah karena kita sebagai jalan kebaikannya. Saling berlomba-lombalah dalam memunculkan kemuliaan di keluarga.
Nah saudaraku, berambisilah untuk menjadikan keluarga kita penuh dengan limpahan karunia Allah. Ikhlaskan semua yang kita lakukan. Niscaya keridhaan Allah bersama kita. Amiin. Wallahu a’lam bishawab.
0 komentar:
Posting Komentar